Peran Psikolog dan Hipnoterapis terhadap kecemasan Pasien Covid19 (Corona)

Peran Psikolog dan Hipnoterapis terhadap kecemasan Pasien Covid19 (Corona)

Peran Psikolog dan Hipnoterapis terhadap kecemasan Pasien Covid19 (Corona)

HIPNOTERAPI SURABAYA

Angka kesembuhan pasien positif Covid-19 di Sumut masih berkisar 36 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Kondisi ini tidak terlepas dari kesungguhan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang melayani para korban.
Kesungguhan ini diceritakan dr Fransiscus Ginting, Kepala RS Darurat Covid-19 Martha Friska, Medan. Mereka menangani pasien dengan pendekatan medis dan psikologi.
Pendekatan psikologis diperlukan untuk memberi semangat kepada pasien dan keluarganya. Mereka ditengarai mengalami masalah problem psikologi yang berat.
"Jadi kalau berbicara tentang Covid-19 atau PDP adalah orang yang diberangkatkan dari rumah oleh keluarganya yang tidak boleh lagi datang ke rumah sakit. Mereka menunggu di rumah. Apakah mereka akan berkumpul lagi dengan keluarganya? Atau mereka ketemunya di penguburan? Itu yang menjadi problem yang sangat berat bagi pasien dan bagi keluarga pasien," ujar Kepala RS Darurat Covid-19 Martha Friska, dr Fransiscus Ginting saat diwawancarai Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah, secara online, Rabu (29/4).
Dia menambahkan, pasien terkadang ketakutan karena merasa sendirian di ruang isolasi. Karena itu, tenaga medis harus terus memberi semangat agar dia bisa percaya diri dan yakin bahwa dirinya dirawat, diperhatikan dan dicintai dengan baik.
"Apabila status sosial dan psikis pasien jatuh, maka secara ilmiah sistem imun responsnya jelek dan ini akan membahayakan semua. Obat tidak akan bekerja banyak apabila pasien tidak yakin," jelasnya.
Dengan pendekatan psikologis, Fransiscus tidak segan mengajak pasien untuk berdoa bersama, bercerita, menyulanginya makan, berolahraga, bahkan hingga bermain tinju.
"Kadang-kadang kalau saya ajak pasien kita sparing partner, saya dibilang gila. Karena memang harus gila kita melawan virus yang gila ini. Bahkan terkadang saya duduk dengan pasien hingga setengah jam," sebutnya.
Intinya, psikologi klinis dilaksanakan untuk memberikan semangat pasien. Tak jarang tenaga medis harus berbicara dengan pasien sampai dini hari. Bukan hanya kepada pasien, tapi juga kepada keluarganya.
"Kadang-kadang sedikit menjengkelkan. Keluarga pasien tiba-tiba menelepon, 'dokter bagaimana keadaan ibu kami?' 'Dia sudah makan belum?' 'Habis enggak nasinya?','Fotokan dulu ibu kami, kami rindu'. Tapi kita memosisikan diri kita seperti mereka saat ibu kita sakit," sebut Fransiscus.