PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK - HYPNOTHERAPY
Teori
Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif
behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkahlaku
manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori
ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut
dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena
tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapathukuman. Karena
semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah
laku yang dipelajari.
Pendekatan
psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalammempelajari individu
dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian orang tentang
penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang
ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi
diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan
manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akanmemperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah
kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku
manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori ini berkembang
di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia.
Tokoh-tokoh
yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner,
J.B.Watson, dll.
1)
Thorndike
Menurut
Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori behavioristik
dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupapikiran,
perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku
boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret
(tidak bisa diamati). Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara
mengukur berbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal
yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike
telah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya.
Teori
Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme (connectionism). Prosedur eksperimennya
ialah membuat setiap binatang lepas dari
kurungannya
sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung
maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan,
seperti
menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau
lambat
binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan
binatang
itu akan lepas ke tempat makanan.3
2)
Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah
proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing,
di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat